BIOGAS
ENERGI MURAH DARI
KOTORAN
Hii.. guys minggu ini saya akan membahas tentang biogas.mulai dari pengertiannya,tahap-tahap pembentukan biogas,pembuatan biogas berdasarkan kandungannya sampai dengan rangkaian alat pembuatan biogas modern :).
Biogas
adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap
udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan
biogas.
Meski demikian, hanya bahan organik
homogen berbentuk padat maupun cair seperti limbah ternak yang cocok untuk
sistem biogas sederhana. Di daerah yang banyak terdapat industri pemrosesan
makanan seperti tahu, tempe, ikan pindang dan brem, limbahnya bisa diproses menjadi
biogas sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan d
i
sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut di atas
berasal dari bahan organik yang homogen. Pada makalah ini pembahasan dibatasi
hanya pada pengolahan limbah ternak menjadi biogas.
Limbah
ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan
lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses,
urin, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang,
tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Semakin berkembangnya usaha peternakan,
limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Total limbah yang dihasilkan
peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai
kandang. Manure yang terdiri dari feses dan urin merupakan limbah ternak
yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan
oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Umumnya
setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah
padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses .
Selain menghasilkan feses dan urin,
dari proses pencernaan ternak ruminansia menghasilkan gas metan (CH4)
yang cukup tinggi. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab
terhadap pemanasan global dan perusakan ozon. Kontribusi
emisi metan dari peternakan mencapai 20 – 35 % dari total emisi yang dilepaskan
ke atmosfir. Di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi
metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin
tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan .
Limbah ternak masih mengandung
nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik
yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air
oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5000
kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 107 m3 air. Selain
melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis
yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan
air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat .
Kehadiran limbah ternak dalam
keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran
udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul
18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah
melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan
(3000 mg/m3).
Salah satu akibat dari pencemaran
air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa
nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana
kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai
akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut
sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat
mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air.
Tinja dan urin dari hewan yang
tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit, misalnya saja penyakit
anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau tergores.Spora anthrax dapat
tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak yang mengandung spora.
Dampak
limbah ternak memerlukan penanganan yang serius. Skema
berikut ini (Gambar 1) memberi gambaran akibat yang ditimbulkan oleh limbah
secara umum dan manajemennya .
Gambar
1. Dampak
Umum dan Manajemen Limbah Ternak
Penanganan
Limbah Ternak
Penanganan limbah ternak akan
spesifik pada jenis/spesies, jumlah ternak, tatalaksana pemeliharaan, areal
tanah yang tersedia untuk penanganan limbah dan target penggunaan limbah. Penanganan
limbah padat dapat diolah menjadi kompos, yaitu dengan menyimpan atau
menumpuknya, kemudian diaduk-aduk atau dibalik-balik. Perlakuan
pembalikan ini akan mempercepat proses pematangan serta dapat meningkatkan kualitas
kompos yang dihasilkan. Setelah itu dilakukan pengeringan untuk beberapa waktu
sampai kira-kira terlihat kering. Proses pembuatan kompos seperti ini
menyebabkan gas metan yang terbentuk dibrbaskan ke atmosfer.
Penanganan limbah cair dapat diolah
secara fisik, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisik disebut juga
pengolahan primer (primer treatment). Proses ini merupakan proses termurah dan
termudah, karena tidak memerlukan biaya operasi yang tinggi.Metode ini hanya
digunakan untuk memisahkan partikel-partikel padat di dalam limbah. Beberapa
kegiatan yang termasuk dalam pengolahan secara fisik antara lain : floatasi,
sedimentasi, dan filtrasi.
Pengolahan secara kimia disebut juga
pengolahan sekunder (secondary treatment) yang bisanya relatif lebih mahal
dibandingkan dengan proses pengolahan secara fisik.Metode ini umumnya digunakan
untuk mengendapkan bahan-bahan berbahaya yang terlarut dalam limbah cair
menjadi padat. Pengolahan dengan cara ini meliputi proses-proses
netralisasi, flokulasi, koagulasi, dan ekstrasi.
Pengolahan
secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan sekunder bahan-bahan
organik yang terkandung di dalam limbah cair. Limbah
yang hanya mengandung bahan organik saja dan tidak mengandung bahan kimia yang
berbahaya, dapat langsung digunakan atau didahului denghan pengolahan secara
fisik.
Pemanfaatan
Limbah Ternak
Berbagai manfaat dapat dipetik dari
limbah ternak, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama
ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang
potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti
protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba
atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified substances).Limbah
ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi
(biogas) dan media berbagai tujuan. Pada makalah ini dibahas pemanfaatan limbah
kotoran ternak ruminansia manjadi biogas saja, tanpa mengesampingkan manfaat
lain yang dapat diambil.
Permasalahan
limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang
memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang
dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk
menghasilkan bahan bakar biogas. Kotoran ternak ruminansia sangat
baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak
ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme
dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin
dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada tinja ternak
ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa, 18.32%
hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26% total
nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K.
Pembentukan
biogas dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap,
yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada
tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan
pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur
bentuk polimer menjadi bentuk monomer.
Pada
tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap
hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam.Produk akhir
dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat,
format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan
amoniak. Sedangkan pada tahap metanogenik adalah proses pembentukan gas
metan. Sebagai ilustrasi dapat dilihat salah satu contoh bagan
perombakan serat kasar (selulosa) hingga terbentuk biogas (Gambar 2).
Gambar
2. Diagram
Tahap Pembentukan Biogas
Biogas
adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil
fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan
adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Biogas
memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3,
untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3.
Produksi biogas sebanyak 1275-4318 l dapat digunakan untuk memasak, penerangan,
menyeterika dan menjalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang
per hari.
Jika
ditinjau dari kandungan bahan yang terdapat pada limbah ternak ruminansia maka
proses pembuatan biogas dapat dilihat pada diagram berikut
Gambar
3. Diagram
Pembuatan Biogas Berdasarkan Kandungannya
Kotoran
hewan seperti kerbau, sapi, babi dan ayam telah terbukti dalam penelitian
ketika diproses dalam alat penghasil biogas (digester) menghasilkan biogas yang
sangat memuaskan(Harahap et
al., 1980). Perbandingan
kisaran komposisi gas dalam biogas antara kotoran sapi dan campuran kotoran
ternak dengan sisa pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi gas dalam biogas (%) antara kotoran sapi dan
campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian(Harahap et al., 1980).
Proses
pembuatan biogas ini dilakukan secara biologis dengan memanfaatkan sejumlah
mikroorganisme anaerob. Bakteri-bakteri anaerob yang berperan dalam tahap-tahap
proses pembuatan biogas antara lain :
1. Bakteri pembentuk asam
(Acidogenic bacteria) yang merombak senyawa organik menjadi senyawa yang lebih
sederhana, yaitu berupa asam organik, CO2, H2, H2S.
2. Bakteri pembentuk asetat (Acetogenic
bacteria) yang merubah asam organik, dan senyawa netral yang lebih besar dari
metanol menjadi asetat dan hidrogen.
3. Bakteri
penghasil metan (metanogens), yang berperan dalam merubah asam-asam lemak dan
alkohol menjadi metan dan karbondioksida. Bakteri pembentuk metan antara lain
Methanococcus, Methanobacterium, dan Methanosarcina.
Adapun
proses pembuatan biogas adalah sebagai berikut. Bahan organik dimasukkan ke
dalam digester, sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik
tersebut yang selanjutnya akan menghasilkan gas yang disebut biogas. Biogas
yang telah terkumpul di dalam digester lalu dialirkan melalui pipa penyalur gas
menuju tangki penyimpan gas atau langsung ke lokasi penggunaannya, misalnya
kompor atau lampu.
Jenis
limbah ternak ruminansia yang diproses sangat mempengaruhi produktivitas sistem
biogas. Selain itu limbah ternak ruminansia yang diproses menjadi biogas
memerlukan persyaratan dasar tertentu, yaitu persyaratan tertentu yang
menyangkut:
1. Kandungan atau isi yang
terkandung dalam bahan.
Salah satu cara untuk menentukan
bahan organik yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan sistem biogas adalah
dengan mengetahui perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau disebut rasio
C/N. Perubahan senyawa organik dari limbah ternak ruminansia menjadi CH4 (gas
metan) dan CO2 (gas karbon dioksida) memerlukan persyaratan rasio C/N
antara 20 – 25. Sehingga kalau menggunakan limbah ternak ruminansia hanya
berbentuk jerami dengan rasio-C/N di atas 65, maka walaupun CH4 dan
CO2 akan terbentuk, perbandingan CH4 :
CO2 = 65 : 35 tidak akan tercapai. Mungkin perbandingan tersebut
bernilai 45 : 55 atau 50 : 50 atau 40 : 60 serta angka-angka lain yang kurang
dari yang sudah ditentukan, maka hasil biogasnya akan mempunyai nilai bakar
rendah atau kurang memenuhi syarat sebagai bahan energi.
Juga sebaliknya kalau limbah ternak
ruminansia yang digunakan berbentuk kotoran saja, semisal dari kotoran kambing
dengan rasio C/N sekira 8, maka produksi biogas akan mempunyai bandingan antara
CH4 dan CO2 seperti 90 : 10 atau nilai lainnya
yang terlalu tinggi. Dengan nilai ini maka hasil biogasnya juga terlalu tinggi
nilai bakarnya, sehingga mungkin akan rnembahayakan pengguna.
Hal lain yang perlu diperhatikan
yaitu rasio C/N terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi proses
terbentuknya biogas, karena ini merupakan proses biologis yang memerlukan
persyaratan hidup tertentu, seperti juga manusia.
2. Kadar air
Kadar air bahan yang terkandung
dalam bahan yang digunakan, juga seperti rasio C/N harus tepat. Jika hasil
biogas diharapkan sesuai dengan persyaratan yang berlaku, maka semisal limbah
ternak ruminansia yang digunakan berbentuk kotoran kambing kering dicampur
dengan sisa-sisa rumput bekas makanan atau dengan bahan lainnya yang juga
kering, maka diperlukan penambahan air.
Tapi berbeda kalau bahan yang akan
digunakan berbentuk lumpur selokan yang sudah mengandung bahan organik tinggi,
semisal dari bekas dan sisa pemotongan hewan atau manure dari peternakan. Dalam bahannya sudah terkandung air,
sehingga penambahan air tidak akan sebanyak pada bahan yang kering.
Air berperan sangat penting di dalam
proses biologis pembuatan biogas. Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan)
juga jangan terlalu sedikit (kekurangan), ada perbandingan yang berpengaruh
pada optimalisasi konversi gas metan.
3. Temperatur
Temperatur selama proses
berlangsung, karena ini menyangkut kondisi optimal hidup bakteri pemroses
biogas yaitu antara 27° – 28°C. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas
akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur
terlalu rendah , maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama.
4. Bakteri penghasil metan
(metanogens)
Kehadiran jasad pemroses, atau jasad
yang mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan-bahan yang akhirnya membentuk
CH4 dan CO2. Dalam limbah ternak ruminansia semisal
kotoran kandang, limbah rumah pemotongan ataupun rumput dan jerami, serta
bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik bakteri ataupun jamur
pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi masalah adalah
hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4 yang
diharapkan serta mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar.
Maka untuk menjamin agar kehadiran
jasad renik atau mikroba pembuat biogas (umumnya disebut bakteri metan),
sebaiknya digunakan starter, yaitu bahan atau substrat yang di dalamnya sudah
dapat dipastikan mengandung mikroba metan sesuai yang dibutuhkan.
5. Aerasi
Aerasi atau kehadiran udara
(oksigen) selama proses. Dalam hal pembuatan biogas maka udara sama sekali
tidak diperlukan dalam bejana pembuat. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak
akan terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan
tertutup rapat.
Masih ada beberapa persyaratan lain
yang diperlukan agar hasil biogas sesuai dengan yang diharapkan semisal,
pengadukan, pH dan tekanan udara. Tetapi kelima syarat tersebut sudah merupakan
syarat dasar agar proses pembuatan biogas berjalan sebagaimana mestinya.
Digester
(bio reaktor)
Bahan
yang dapat digunakan untuk membuat digester, alat atau bejana pembuat dan
penampung biogas, juga tidak perlu dari bahan yang mahal atau sukar untuk
didapatkannya. Drum bekas asal masih kuat, merupakan bahan yang paling umum
dipergunakan. Digester bentuk bejana dari tembok juga sering digunakan untuk
proses pembuatan biogas yang lebih besar kapasitasnya. Bahan plastik juga bias
dijadikan digester tapi sebaiknya memakai plastik polyotilen. Bahan-bahan yang
lain juga bisa dipakai asal kedap udara.
Membuat
biogas bukan semata-mata tergantung kepada bahan yang dipergunakan, kepada alat
atau bejana yang digunakan, tetapi juga masih ada faktor-faktor lain yang
menyertainya, yang langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
hasil.
Misalnya
kita sudah memasukkan bahan-bahan yang diperlukan dalam bejana pembuat yang
disertai dengan starter yang dibutuhkan. Tetapi ternyata beberapa hari
kemudian, tekanan bejana penampung hasil tidak naik-naik. Kalau hal ini terjadi
ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama bejana penampung hasil bocor, hingga
secepatnya harus dicari dan ditambal atau proses pembuatan biogas tidak
berjalan.
Berikut
adalah gambar rangkaian alat penghasil biogas yang lebih modern.
Gambar
4 Rangkaian
Alat Pembuatan Biogas Modern
Keamanan
Biogas
merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat tinggi dan cepat
daya nyalanya. Karenanya sejak biogas berada pada bejana pembuatnya sampai
digunakan untuk penerangan ataupun memasak, harus selalu dihindari kehadirannya
dari api yang dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Hal ini berhubungan
dengan kemungkinan terjadinya kebocoran pada peralatan yang tidak diketahui.
Sifat
cepat menyala biogas, juga merupakan masalah tersendiri. Artinya dari segi
keselamatan pengguna. Sehingga tempat pembuatan atau penampungan biogas harus
selalu berada jauh dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan
kalau tekanannya besar. Untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya setiap digester
atau penampung gas metan dilengkapi dengan pengukur tekanan sehingga dapat
memperkecil resiko terjadinya kecelakaan atau ledakan.
Biogas
dapat dipergunakan dengan cara yang sama seperti gas-gas mudah terbakar yang
lain. Pembakaran biogas dilakukan dengan mencampurnya dengan sebagian oksigen
(O2). Namun demikian, untuk mendapatkan hasil pembakaran
yangoptimal, perlu dilakukan pra kondisi sebelum biogas dibakar yaitu melalui
proses pemurnian /penyaringan karena biogas mengandung beberapa gas lain yang
tidakmenguntungkan. Sebagai salah satu contoh, kandungan gas hidrogen sulfida yang
tinggi dalam biogas, jika dicampur dengan oksigen dengan perbandingan 1:20,
makaakan menghasilkan gas yang sangat mudah meledak. Tetapi sejauh ini belum
pernah dilaporkan terjadinya ledakan pada sistem biogas sederhana.
Limbah Biogas
Limbah
biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk
organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan olehtanaman. Bahkan,
unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak
bisa digantikan oleh pupuk kimia. Bahan pembuat biogas juga merupakan bahan
organik berkandungan nitrogen tinggi. Selama proses pembuatan kompos yang akan
keluar dan tergunakan adalah unsur-unsur C, H, dan 0 dalam bentuk CH4 dan
CO2. Karenanya nitrogen yang ada akan tetap bertahan dalam sisa
bahan, kelak menjadi sumber pupuk organik.
Pupuk
organik yang dihasilkan dari memiliki kualitas yang baik, yang merupakan sisa
proses fermentasi untuk mendapatkan biogas, dikarenakan bakteri patogen dan
biji tanaman gulma dalam kotoran ternak menjadi mati selama proses fermentasi,
dan pupuk kandang tersebut langsung dapat digunakan sebagai pupuk terhadap
tanaman.
KESIMPULAN
1. Limbah ternak
ruminansia berpeluang mencemari lingkungan jika dibuang langsung ke lingkungan.
Namun memperhatikan komposisinya, limbah ternak
ruminansia masih dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan pembuatan biogas.
2. Pembentukan
biogas dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap,
yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik.
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pembuatan biogas :
a. Kandungan kimia dalam bahan.
b. Kadar
air.
c. Temperatur.
d. Bakteri
penghasil metan.
e. Tekanan
udara.
f. Aerasi.
g. Pengadukan
h. pH
4. Biogas
merupakan gas yang mudah terbakar maka perlu penanganan khusus pada
keamanannya.
5. Limbah
biogas merupakan pupuk organik yang mempunyai kualitas tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar